Saturday, January 26, 2008

SAMPAH-SAMPAH TSUNAMI

Tak terasa, Tiga tahun sudah Gempa Bumi & Tsunami melanda provinsi NAD, walaupun kejadian tersebut sudah berlalu 3 tahun yang lalu, tapi tampaknya terlalu banyak kenangan yang tidak akan pernah terlupakan, mulai dari kesedihan para korban yang ditinggal sanak saudaranya, para korban yang trauma, para korban yang kehilangan tempat tinggal ataupun kehilangan sumber mata pencahariannya.

Selain itu sampai sekarang pun banyak peninggalan-peninggalan Tsunami berupa fisik yang masih bisa kita temui, baik itu berupa Tugu-Tugu (monument-monumen) Tsunami, Masjid-Masjid yang selamat dari terjangan Tsunami, ataupun Kuburan-Kuburan Masal yang sering di ziarahi oleh sanak keluarga yang selamat.

Dan salah satu peninggalan Tsunami lainnya yang masih tersisa sampai sekarang adalah Sampah-Sampah yang disebabkan oleh Tsunami, yang ternyata !! sampai sekarang pun belum semua Sampah-Sampah tersebut berhasil dibersihkan, tapi jangan kamu bayangkan sampah yang dimaksud disini adalah sejenis Bungkus Mie Instant, Bungkus Permen, Bungkusan Plastik ataupun bentuk-bentuk sampah-sampah yang biasa sering kita temui. Ini Tsunami bung !! jadi sampahnya pun juga harus dahsyat dong !!

Oke kita mulai cerita lengkapnya, semuanya berawal dari rutinas Saya setiap harinya, yaitu singgah terlebih dahulu ke Statiun Labi-Labi di Keudah sehabis pulang dari kantor, maklum Saya ini kan kemana-kemana selalu naik Labi-Labi, Nahh… kebetulan Lokasi Stasiun Labi-Labi itu berada dekat dengan hamparan Sungai (kali) yang membelah kawasan Peunayong dan beberapa kawasan di Banda Aceh.

Pada suatu hari, ketika Saya sedang jalan kaki menyusuri pinggiran sungai menuju Masjid Raya Baiturrahaman, terlihatlah kerumuman orang-orang yang sepertinya sedang serius melihat ke bawah sungai.


Rame-rame ngeliat ke bawah sungai

Rasa penasaran pun muncul, “Ada apa ya ?? kenapa banyak sekali orang yang ngeliat ke bawah sungai ??” dan Ketika semakin dekat, terlihatlah dua buah perahu yang digabung menjadi satu.


Semakin dekat lagi, terlihatlah katrol berukuran besar.


Tapi itu semua belum bisa menjawab pertanyaan “Ada apa ya ??” kenapa orang-orang serius sekali ngeliat ke bawah sungai ??” dan ketika Saya sudah benar-benar dekat dengan “Tempat Kejadian” barulah pertanyaan itu terjawab…


Ketika saya melihat sebuah mobil ditarik ke atas pinggiran sungai, tanpa berpikir panjang dan tanpa banyak bertanya-tanya, saya sudah bisa langsung menebak, “ini pasti sampah-sampah peninggalan Tsunami !!”.

Pada awalnya Saya tidak terlalu tertarik untuk ngeliatin Sampah-Sampah tsunami ditarik dari sungai. Karena pada waktu itu saya pikir, “Ahh… itu paling cuma satu buah mobil yang kebetulan terserat arus Tsunami ke sungai aja..”.

Tetapi ternyata dugaan saya salah besar, karena ketika keesokan harinya Saya lewat di tempat yang sama dan “Tim Pemburu Sampah Tsunami” pun kembali berhasil mendapatkan sampah-sampah lainnya..



Hari berikutnya Sebuah Genset berhasil ditarik


Hari berikutnya Sebuah Mobil



Hari berikutnya lagi kerangka mobil


Dan begitu pun hari-hari berikutnya…

Tidak terbayang sebelumnya oleh Saya, kalau sampah-sampah tersebut ternyata jumlahnya sangat banyak, ketika pertama kali Saya melihat mobil ditarik dari sungai saya pikir itulah pertama dan terakhir kalinya Saya ngeliat mobil ditarik dari sungai.  Tapi ternyata saya telah salah menilai :(

Entah sampai kapan Tim ini akan selesai dengan pekerjaannya, karena tampaknya setiap kali saya lewat pinggir sungai ini, ada saja temuan-temuan terbaru dari Tim Pemburu Sampah Tsunami.

Bisnis Sampah Tsunami
Selain membersihkan sungai dari Sampah-sampah Tsunami, ternyata kegiatan bersih-bersih sungai ini juga mempunyai nilai bisnisnya loh ! Saya sendiri pernah liat ketika sebuah becak yang telah rusak ditimbang untuk nantinya di jadikan sebagai besi tua..



Bapak yang ini sedang bernegosiasi dengan para peminat becak

Akhirnya becak pun ditimbang untuk diukur berapa kilo.., waktu itu saya hanya dengar-dengar sedikit dan kalo tidak salah beratnya sekitar 150 kilo, namun sayangnya saya tidak berhasil mendapatkan berapa harga akhir-nya, karena waktu itu sudah mau maghrib jadi terpaksa deh keburu cabut ke Masjid Raya Baiturahman.. Jadinya ngga ada waktu untuk menunggu sampai keluar berapa becak itu jadi dijual..


Becak sedang ditimbang

Tapi yang pasti keuntungan tidak hanya dari becak saja…



kayaknya lagi dapet untung besar nih..

Disangka Wartawan
Ada kejadian yang cukup ‘menggelitik’ saya, yaitu ketika saya sedang sibuk dengan mem-foto-foto Sampah Becak tersebut, pada saat itu salah seorang yang ikut menimbang becak melihat saya sedang mengabadikan kegiatan menimbang sampah, dan beliau pun langsung berkata kepada saya yang kurang lebih seperti ini “Lon Bek Tameng Koran Beh!!” (artinya kira-kira : “Saya jangan dimasukkin ke Koran ya”..) mendengar itu, saya pun hanya tersenyum+tertawa dikit dan menjawab “hana bang!!” (artinya : ngga bang !!)

Tapi kalo masuk Blog boleh kan Bang ?? :)

13 comments:

Elvi said...

Aku rasa sampah tsunami ini tak akan habis sampai lima tahun ke depan. Laporannya bagus nih... lengkap! Fotonya juga...banyak bercerita.

Anonymous said...

bilang aja ama siabang.." gak kok cuman mo dimasukin blog" he..

Anonymous said...

pantaslah kalau disangka wartawan, foto2 nya banyak, cakep lagi ^_^
waktu baca kalaimat2 pertama sambil nunggu foto2nya nongol, tak kira sampahnya itu adalah mayat, ternyata memang bener, mayat2 mobil dan peralatan dari besi lainnya ^_^

hey .. aku suka nama labi-labi, keren sekali ya !

Cempluk Story said...

mas juga nyari sampah tsb gak buat ditimbang trus dapat duit ?? hehehe

ichal said...

kalo ngeliat di tipi, ada kapal gede yang akhirnya jadi wisata tsunami beneran gak pak?

btw .. kenapa orang itu takut masuk koran??

Anonymous said...

weits...banyak kali itu sampahnya...yaahhh semoga sampah2 yang ada cepat diangkut deh, lumayan juga kalau bisa nambah penghasilan..hehehe... gimana kabar disana? masih panas? *itu doang yang diinget...*

Fatah said...

@Elvi : 5 tahun !! waduh berarti selama 5 tahun saya musti sering2x foto ke TKP nih kayaknya :)

@Yolla : hihihi... jangan bilang gitu ke ke abangnya, takutnya dia malah kecanduan nge-Blog lagi :)

@Elyswelt : Kalo Jenazah sih Insya Allah dah ngga ada lagi :) aku suka juga sih sama nama labi-labi, walaupun sampe sekarang belum tau sejarahnya kenapa namanya labi-labi..

@Cempluk : pengen juga sih.. ^^

@Ichal : betul pak emang ada kapal yang dijadikan monumen.. nanti kalo ada waktu coba dibahas deh..

ngga tau juga tuh kenapa takut masuk koran ?? mungkin dia takut ada yang niru kali :)

@Muthe : Masih panas sih.. tapi sekarang lagi sering hujan juga :)

Anonymous said...

huhu,
oM fatah khan emang wartawan bLogger :D

Juminten said...

wah, aku cuma bisa kasian sama ikan2nya.
harus rela berbagi habitat dgn barang2 itu.
:P
eh, dikira wartawan?
hahaha... lucu jg!
untung selama ini aku belum pernah disangka seperti itu. :P

Anonymous said...

mangkanya tah, kapan2 minta dipoto ama sapa gitu, coba minta dipoto sama yang ngira tadi, kan dia ga bakalan ngira kamu wartawan.
btw2, jadi penasaran pengen ngeliat yang dikira wartawan. hehe..*sambil siul2*

Fatah said...

@Ale : wartawan blogger cupu tapi.. :)

@Nilla : Tapi bukannya nanti ikannya malah seneng bisa naik mobil :)

@Nico : Nanti ya.. bang nico kalo fatah dah kurusan :)

Anisa said...

masyaallah..jadi membuka memori masa lalu. thanks ya untuk liputannya.

Anonymous said...

Blognya seru!
Jadi kangen Aceh! apalagi ada post darul imarahnya. Daerah rumoh lon tuh.