Friday, August 31, 2007

NIDJI batal Konser di Banda Aceh

Seinget saya, belum pernah sebelumnya Saya membahas tentang penerapan Syariat Islam di Aceh melalui Blog ini, mungkin bisa jadi, ini adalah posting perdana saya seputar penerapan Syariat Islam di Aceh, walaupun kalau di liat dari judulnya, sekilas tidak ada kaitannya dengan penerapan Syariat Islam disini.

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya di berbagai media-media, minggu lalu sempat terjadi peristiwa yang cukup menghebohkan dan bahkan cukup menjadi headline-headline di berbagai media, kejadian itu adalah ketika Group Band yang sedang naik daun, “NIDJI”, gagal menggelar konser di Aceh.

Walaupun beritanya tergolong sudah agak ‘basi’, tapi berhubung banyak berita-berita yang berkembang lebih ke-arah penilaian yang terlalu menyudutkan Penerapan Syariat Islam di Aceh, dan juga seolah-olah menyudutkan Syariat Islam mencerminkan “Ekstrimisme”. Makanya melalui posting ini Saya coba untuk meluruskan sedikit wacana yang menurut saya agak-agak meruncing kepada ‘Anti’ Syariat Islam.

Ceritanya berawal ketika “Djarum Black” mengadakan konser “One Nation Concert 2007” dengan menghadirkan “NIDJI” sebagai bintang tamu utamanya featuring “Rebbeca”, “Repvblik”, serta Group Band “Kertas”. Konser yang diadakan di Taman Sri Ratu Safiatudin di Banda Aceh pada tanggal 25-26 Agustus 2007, pada akhirnya, pas hari ke-2 nya *Jadwal NIDJI manggung* harus dibatalkan, lantaran pencabutan izin mengadakan konser oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh.

Poster Konser “One Nation”
(klik gambarnya, untuk gambar besarnya)
*maaf ya.. fotonya pake blitz, jadi vokalisnya ngga jelas deh gambarnya*

Izin Konser di Aceh
Di Aceh, untuk mendapatkan izin menggelar konser, tidak cukup hanya mendapat izin dari Polda setempat, namun lebih dari itu, pihak penyelenggara juga harus mengantongi izin dari Dinas Kebudayaan, dan juga izin dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh. Dan salah satu pasal dari syarat yang diberikan oleh MPU adalah pemisahan antara penonton Laki-laki dengan penonton Perempuan.

Pasal tersebutlah yang akhirnya dilanggar oleh pihak penyelenggara, Bunga Event Management (BEM), dimana pada hari pertama konser, pas di hari jadwalnya “Rebbeca” manggung *NIDJI tidak tampil*, pihak MPU kecewa dengan penyelenggaraan konser tersebut yang ternyata tidak ada pembatas antara penonton Laki-laki dengan Perempuan, yang memang sangat berbeda dengan konser-konser sebelumnya yang digelar di Aceh yang menggunakan pemisah.

Sebut saja konser duo RATU di Aceh beberapa tahun yang lalu, dimana ketika itu penontonnya dipisah, dan bukan hanya itu, ketika itu RATU pun mengenakan busana yang tergolong ‘agak’ sopan dan bahkan menggunakan ‘jilbab’. Selain itu konser SLANK feat Rafly, serta konser TOO PHAT yang baru-baru ini diselenggarakan disini juga mematuhi pasal pemisahan penonton tersebut.

Walaupun kalau kata si Okky (sepupu Saya), memang ketika konser SLANK feat Rafly serta konser TOO FHAT ada beberapa orang penonton yang akhirnya berbaur antara Perempuan dan Laki-laki, namun itu lebih dikarenakan faktor membludaknya penonton, tapi kalau dilihat dari pihak penyelenggara yang tetap menggunakan pembatas, dan berusaha agar penonton dapat berada pada pos-nya masing-masing, telah ‘cukup’ untuk dianggap ‘menghargai’ penerapan Syariat Islam di Aceh.

Tidak adanya pembatas ketika konser itulah yang akhirnya dianggap bahwa pihak penyelenggara dinilai tidak mematuhi aturan yang berlaku serta tidak menghormati penerapan Syariat Islam di Aceh, sehingga pihak MPU pun menarik izin untuk konser di Hari ke-Dua, dimana NIDJI dijadwalkan tampil.

Bukan cuma itu saja, bahkan menurut desas-desus yang berkembang di Masyarakat, ada dari pihak ‘oknum’ BEM yang ternyata malah kabur dan lari membawa uang hasil penjualan tiket, sehingga pihak NIDJI pun akhirnya harus menggunakan uangnya sendiri untuk urusan penginapan dan lain-lain selama di Aceh. Bukan hanya itu juga, pihak BEM pun ternyata juga mencatut nama SERAMBI (koran lokal) untuk dijadikan salah satu sponsor, padahal dari pihak SERAMBI sendiri merasa belum pernah ada perjanjian sebelumnya.

Begitu juga dari pihak NIDJI, yang terlihat memang kecewa kepada pihak EO yang tidak berkoordinasi dengan baik, daripada menyudutkan pihak MPU yang mencabut izin Konser, dan begitu juga dari tanggapan beberapa teman Saya yang juga ikut membeli tiket Konser NIDJI yang sangat kecewa ke pihak EO yang dinilai tidak menghargai peraturan-peraturan yang berlaku disini bahkan tidak dapat mengembalikkan tiketnya diganti dengan uang. Namun mereka tetap sangat mengharapkan nanti dikemudian hari "NIDJI" bisa kembali ke Aceh dan benar-benar menggelar konser tanpa ada perselisihan lagi, tentunya dengan penyelenggara (EO) yang lebih kompeten.

Nginap Di Kantor Polisi
Peristiwa yang pada akhirnya membuat sebagian kelompok masyakat melakukan aksi protes, telah membuat pihak Hotel “Hermes Palace” yang diinapi NIDJI merasa ketakutan akan terjadinya tindak ‘anarkis’, sehingga pihak Hotel menolak untuk memberikan kamarnya dijadikan tempat menginap untuk NIDJI, sehingga karena alasan keamaan, akhirnya NIDJI pun menginap di Kantor Polisi.

Walaupun harus menginap di Kantor Polisi, namun tampaknya, sikap baik yang dilakukan oleh Polisi Aceh, bisa membuat NIDJI tidak terlalu menampakkan kekecewaannya, bahkan kalau liat diberita, salah satu personel NIDJI (Giring) malah memberikan statement bahwa “Polwannya juga cantik-cantik pakai Jilbab”, memang tidak seperti Jakarta, yang biasanya jadi Polwan itu Ibu-ibu, kalau disini anak-anak muda pun banyak yang jadi Polwan* lohhh ini kok malah ngebahas Polwan ^.^

Hanya Masalah Komunikasi
Kalau saya secara pribadi, jujur tidak mau mengarahkan opini Saya kepada “Anti” Syariat Islam, karena buat saya ini hanyalah masalah komunikasi antara pihak penyelenggara dengan MPU saja, buktinya konser-konser terdahulu seperti konser RATU, SLANK, THOO PHAT bisa berlangsung dengan lancar tanpa ada perselisihan.

Jadi tidak benar, jika pihak MPU bersikap sewenang-wenang dan bersikap arogan ! lagi-lagi itu hanya masalah komunikasi saja ! walaupun memang harus diakui penerapan Syariat Islam di Aceh masih belum bisa dikatakan sukses, namun bukan berarti kita harus jadi Anti sama “Syariat Islam” kan ?

Tuesday, August 28, 2007

Sholat Gerhana

Kemarin (28-Agustus-2007) sore *menjelang Maghrib*, sehabis pulang kerja, Saya menyempatkan diri untuk dapat Sholat Maghrib dulu di Masjid Al-Hidayah, Kec. Darul Imarah, Keutapang - Aceh Besar *tetep donk ! harus ada Acehnya* setelah selesai menunaikan Ibadah Sholat Maghrib, sang Imam yang memimpin sholat Maghrib langsung berdiri dan menghadap kearah berjamaah, dan beliau pun langsung memberikan arah kepada para Jamaah, bahwa setelah selesai sholat Sunnah Ba’da Maghrib, Insya Allah akan diadakan Sholat Gerhana secara berjamaah.

Kalau kata sang Imam, walaupun kami disini tidak dapat melihat Gernaha Bulan, namun pelaksanaan sholat Gerhana tetap akan kami laksanakan, Saya yang seumur hidup belum pernah ikutan sholat Gerhana, langsung tertarik dengan ajakan dari sang Imam. Namun kata Imamnya, pelaksanaan sholat gernaha akan dilaksanakan 15 menit sebelum sholat Isya, jadinya bagi kami-kami yang mau pulang dulu, dapat dipersilahkan. Berhubung Masjidnya deket rumah sepupu, saya pun ‘transit’ bentar ke rumah sepupu, Biasa !! numpang makan malem xP

Tata Cara Sholat Gerhana
15 menit menjelang Isya, saya pun kemasjid lagi, dan tidak lama setelah sampai ke Masjid, sang Imam sudah siap di Shaf terdepan dan langsung menjelaskan bagaimana tata cara pelaksanaan sholat Gerhana. Sholat Gernaha itu sendiri berjumlah dua rakaat, dan pada intinya sih, pelaksanaannya ngga jauh berbeda dengan sholat sunnah lainnnya.. namun ada beberapa gerakan tambahan yang perlu diketahui oleh para Jamaah.

Rakaat permata, Imam baca Al-Fatihah diikuti bacaan Ayat-ayat Al-Qur’an setelah itu rukuk, dan setelah itu I’tidal, nah...umumnya kan kalau sholat biasa sesudah I’tidal langsung sujud, namun tidak demikian dengan sholat gerhana, setelah I’tidal, Imam kembali membaca surat Al-Fatihah diikuti bacaan Ayat-Ayat Al-Qur’an. Setelah itu kembali rukuk, dan setelah itu I’tidal, dan baru setelah itu Sujud, Duduk antara dua sujud, Sujud lagi dan kembali berdiri.

Rakaat kedua sama aja dengan rakaat pertama, hanya bedanya dirakaat kedua diakhiri dengan Tahiyat akhir. Jadi intinya dalam Sholat Gerhana dalam satu rakaatnya ada dua Al-Fatihah dan dua Rukuk serta dua I’tidal.

Yang membedakan antara sholat gerhana bulan dengan gerhana matahari adalah, kalau sholat gerhana bulan bacaannya di ‘keraskan’ sedangkan untuk sholat gerhana matahari, imam membaca didalam hati (tidak dikeraskan).

Saya sendiri kurang faham, apakah Sholat Gerhana harus berjamaah, atau boleh dikerjakan sendiri-sendiri ??

Khutbah ‘Gerhana’
Setelah selesai sholat, sang Imam memberikan arahan kepada jamaah, bahwa Sunnahnya setelah sholat Gerhana selesai, akan disampaikan khutbah ‘gerhana’. Namun karena waktu sudah mau mepet Isya, si pemberi penceramah pun hanya bisa memberikan ceramahnya sedikit banget. Berikut ini intisari dari Khutbah yang disampaikan oleh beliau. *kira-kira seperti ini*

----

“ Sesungguhnya Hikmah dari menunaikan Sholat Gerhana adalah, agar kita para umat
Islam, selalu ingat akan kebesaran Allah, ketika disana-sini terjadi fenomena-fenomena alam, itu semua pada hakikatnya adalah bukti dari kebesaran Allah, kita sudah banyak menyaksikan betapa banyak fenomena-fenomena alam yang terjadi di Negeri ini, masih ingat di benak kita, bagaimana Tsunami ! meluluh-lantahkan bumi Serambi Mekkah, Gempa Bumi ! Lumpur Panas di Sidoarjo ! Gerhana Bulan ! itu semuanya adalah bukti-bukti dari kebesaran Allah ! Oleh sebab itulah Sholat Gerhana yang baru saja kita lakukan pada hakikatnya adalah dalam rangka untuk mendekatkan diri kita Kepada Allah SWT. Semoga kita bisa menjadi Hamba yang bisa mengambil hikmah dari setiap fenomena-fenomena alam yang terjadi di Negeri ini, dan semoga kita bisa menjadi Hamba yang selalu ingat akan kebesaran Allah SWT ”


----
Yahh… walaupun ngga bisa ngeliat Gerhana Bulan, setidak-tidaknya dapat menuaikan Sholat Gerhana Bulan sudah menjadi pengalaman yang baru bagi Saya, dan semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari Gerhana Bulan yang terjadi kemarin.. Amin.

Saturday, August 25, 2007

Fatah dan Pak Walikota Sabang

“Dari Sabang sampai merauke ! berjajar pulau-pulau ! sambung-menyambung menjadi satu itulah Indonesia!”

Tentunya hampir setiap orang Indonesia tahu lagu “dari Sabang sampai Merauke”, kecuali jika suatu hari nanti ada seseorang yang mengklaim menemukan lagu “dari Sabang sampai Merauke” Versi Tiga Stanza, maka itu akan jadi lain persoalannya ^.^

Dalam lagu itu sedikit diceritakan tentang 2 pulau paling ujung di Indonesia, yaitu pulau Sabang dan pulau Merauke.. mungkin banyak orang Indonesia yang belum pernah ke Sabang, dimana disana ada monumen tugu “Indonesia Nol Kilometer”, tempat dimana awal ‘Start’ nya Indonesia. Dan yang pastinya nih.. banyak orang Indonesia yang belum pernah bertemu langsung dengan Walikota Sabang. Tapi itu tidak berlaku bagi saya ! soalnya kemarin malam (24-Agustus-2007) Saya berkesempatan bertemu langsung dengan Orang No. 1 di pulang terujung di Indonesia !

Ceritanya bermula pas ketika saya selesai pulang kerja, kebetulan saya tidak langsung pulang kerumah, karena Saya ‘transit’ dulu ke Rumah Kak Yanti, sepupu saya, soalnya waktu itu dikit lagi mau maghrib, dan rumah sepupu saya itu dekat masjid, jadi sekalian aja transit dulu, udah gitu lumayan juga kan bisa sekalian numpang makan malam gratis :)

Setelah sholat maghrib, saya pulang ke rumah Kak Yanti untuk bersantap makan malam, dan pas lagi menikmati makan malam, tiba-tiba saja ada rombongan 4 orang tamu yang masuk ke rumah sepupu saya, dan ketika itu saya kaget sekali, soalnya ‘face’nya saya tau banget ! kalo itu adalah Munawarliza, Walikota Sabang. FYI, kak Yanti (sepupu saya) memang sudah kenal dekat dengan beliau. Sedangkan 3 orang tamu lagi adalah Istrinya dan kedua Orang Tua Istrinya *mertua Bang Munawar*

Ketika masuk ke ruang tamu, Pak Walikota pun langsung menanyakan dimana dia bisa ambil wudhu, soalnya beliau ingin menumpang sholat maghrib, saya yang ketika itu berada dekat dengan beliau, ikut mengarahkan pak Walikota ke Kamar Mandi, setelah beliau selesai menunaikan sholat, beliau bertemu dengan 2 orang anak Kak Yanti, si Hafiz dan Saumi yang masih kecil-kecil, akhirnya mereka pun dikasih uang tempel satu orang Rp. 100.000,- tapi sayangnya Saya yang waktu itu berada dekat dengan beliau, ngga ikut kedapetan..*whuaaaaa… gimana nih pak Walikota ? Saya kan Warga Aceh yang lagi butuh uang juga ^.^

Setelah itu beliau pun langsung menuju ke ruang tamu untuk berbincang-bincang dengan Kak Yanti, namun karena saya merasa itu bukan urusan saya, akhirnya saya pun masuk ke kamar untuk baca-baca buku, dan pas ketemu Kak Yanti, saya membisikkan ke beliau untuk request nanti kalo bisa fatah mau foto Pak Walikota, niatnya sih buat ‘pamer’ ke teman-teman blogger. Kak Yanti pun meng “iya” kan dengan berkata “Gampang!”. Setelah mendapat konfirmasi dari Kak Yanti, saya pun menunggu panggilan dari Kak Yanti.

Namun sayangnya, pada akhirnya Kak Yanti lupa akan hal itu, setelah selesai berbincang-bincang, Pak Walikota pun langsung meluncur pulang, dan ketika saya keluar dari kamar menujur ruang tamu, Pak Walikota pun sudah menghilang, dan ketika ketemu Kak Yanti, Kak Yanti pun langsung meminta maaf kepada saya karena lupa untuk meminta Pak Walikota foto bareng sama saya ! *whuaaaaaaa……… gagal deh foto bareng sama pak Walikota!!!* Yahhh sudahlah.. emang belum rezeki :(

Siapa Bang Munawar ?
Saya sendiri kurang tau banyak tentang beliau, yang Saya tahu beliau adalah Walikota Sabang yang baru terpilih dalam Pilkada kemarin, dan beliau adalah calon independent yang berafiliasi dari GAM.

Dan ketika saya tanya ke Kak Yanti bagaimana ceritanya tentang awal mulanya beliau bisa terlibat di GAM. Ternyata kalau menurut ceritanya Kak Yanti beliau awalnya sama sekali bukan GAM, namun karena kondisi lah akhirnya beliau bersimpati dan ikutan dengan GAM.

Ceritanya, dulu ketika Bang Munawar selesai sekolah di GONTOR, beliau langsung melanjutkan studi ke Kairo, Mesir, dan pada suatu ketika Orang Tuanya yang di Aceh meninggal dunia, beliau pun pulang ke Aceh untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak, namun setelah selesai dengan kewajibannya itu, entah kenapa, ketika beliau ingin balik lagi ke Kairo, dari pihak Polisi, ketika waktu masa konflik dulu, mencurigai beliau adalah orang GAM.

Merasa dicurigai, beliau pun akhirnya pergi keluar Aceh secara diam-diam, dan singkat cerita beliau akhirnya tinggal di Amerika untuk mencari perlindungan, dan setelah di Amerika entah gimana ceritanya, akhirnya beliau yang sebelumnya tidak ada hubungan apa-apa dengan GAM, namun karena merasa telah dicurigai sebagai GAM, akhirnya beliau pun menjadi simpati dengan GAM, dan ketika itu beliau pun menjadi representasi GAM di Amerika yang selalu berhubungan dengan Parlemen disana, dalam rangka memperjuangkan hak orang-orang Aceh.

Jadi bisa dibilang keikutsertaan beliau yang mahir berbahasa Arab dan Inggris itu dalam organisasi GAM, adalah karena faktor ketidaksengajaan dan juga karena faktor merasa terdzolimi akibat dicurigai sebagai GAM.

Pertemuan Pertama
Sebenarnya kemarin itu adalah pertemuan kedua saya dengan Pak Walikota, pertemuan pertama saya terjadi pada tanggal 11 Maret 2007, pada saat itu Kak Yanti mendapatkan Undangan ke Sabang dalam rangka Acara Pelantikan beliau menjadi Walikota Sabang, karena waktu itu saya seumur hidup belum pernah ke Sabang, Kak Yanti pun mengajak saya dan kakak saya untuk ikutan, tapi tidak untuk ikutan dalam seremoni pelantikannya, namun hanya ikutan main-main ke Sabangnya aja.

Dan ketika pada hari terakhir ‘wisata’ saya ke Sabang, ketika sedang menunggu Kapal Cepat di Pelabuhan Sabang untuk pulang ke Banda Aceh, saya yang ketika itu ditemani oleh Kak Yanti dan Suaminya serta kedua anaknya, tiba-tiba didatangi oleh Bang Munawar yang ketika itu beliau juga ada di Pelabuhan, dalam rangka menyambut tamu-tamu penting yang akan mendarat di Pelabuhan, karena esok harinya Acara pelantikan Walikota akan dilaksanakan.

Waktu itu, Kak Yanti pun lansung mengenalkan kepada beliau kalau Saya adalah sepupunya, akhirnya Saya pun bersalaman dengan beliau, itulah pertemuan pertama saya dengan Pak Walikota Sabang, yang hebatnya nih.. setelah beliau salaman sama Saya, esok harinya beliau Langsung dilantik sebagai Walikota !!! hebat kan saya ? *apa hubungannyee ??*

Yahh… untungnya nih..beliau menang dalam Pilkada, saya kan akhirnya bisa salaman sama Walikota Sabang beneran ^.^

note : mau tau berita pelantikan Bang Munawar ? baca ini aja.

Thursday, August 23, 2007

Hari Kemerdekaan di Tanah Rencong (2)

Cuma mau merespon komentarnya kak elvi di posting sebelumnya.
"Asik dapat liputan hari proklamasi di Aceh. Thanks... nanti aku tambah fotonya dech, itu lho foto panjat pinang yang dekat mesjid raya. Aku caplok dari Serambi he he he..." - Kak Elvi-
Sebenarnya Fatah juga punya foto-foto panjat pinang di Taman Sari *dekat Masjid Raya*, tapi yang pasti gambarnya ngga sebagus di Serambi, untuk sekedar melengkapi laporan tentang HUT RI di Aceh, berikut ini beberapa tambahan foto terkait.
Panjat Pinang di Taman Sari *Central Parknya Banda Aceh*, kalo mau foto lebih mantabnya mending ke sini aja.

Masih di Taman Sari

Masih Taman sari juga

Yang tidak kalah meriahnya, perayaan HUT RI di Peunayong, disana ada lomba Perahu Hias, Lomba Dayung dan Lomba tangkap Bebek, tapi sayangnya, camera digital saya keburu abis batere jadinya cuma bisa foto penonton di jembatan doang deh :(

HUT RI di Komplek-komplek juga meriah juga, foto ini Lomba Pukul Bantal di Komlek saya..


Udah ngga ada foto-foto lagi neh... semoga bisa melengkapi laporan tentang HUT RI di Aceh :)




Sunday, August 19, 2007

Hari Kemerdekaan di Tanah Rencong

Tiga hari yang lalu, (17-Agustus-2007) semua warga Negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke *kecuali Timor Leste* merayakan Hari Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentunya tidak terkecuali Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang tentunya kita semua tahu bahwa sebagian dari penduduknya dulunya pernah ingin melepaskan diri dari NKRI.

Hari kemerdekaan Indonesia yang ke 62 adalah hari kemerdekaan yang ke-2 kalinya di Rayakan di Aceh setelah pendatanganan MOU Damai di Helsinki 2 tahun lalu, oleh sebab itu pada tanggal 15 Agustus 2007 *dua hari sebelum HUT RI*, Warga Aceh juga memperingati 2 tahun Pendatanganan Damai MOU Helsinki. Untuk itulah sekarang, setiap kali memperingati Hari Kemerdekaan, Warga Aceh juga sekaligus memperingati momentum MOU Helsinki *Perdamaian di Aceh*. Lalu yang jadi pertanyaan apakah Perayaaan Hari Kemerdekaan RI yang ke 62 di “Tanah Rencong” berlangsung semarak ? berikut ini hasil ‘pantauan’ saya *seadanya*.

Seperti biasa, setiap kali 17-Agustusan, diberbagai tempat dipasang bendera merah-putih, dan menurut hasil ‘pantauan’ saya *seadanya* di beberapa tempat di Banda Aceh, dan di beberapa daerah di kawasan Aceh Besar, rumah-rumah, toko-toko, Instansi pemerintah, Masjid-Masjid, motor-motor, becak-becak, sampai ke Labi-Labi pun memasang Bendera Merah Putih.

Merah-Putih Dirumah-rumah

Merah-Putih Dimasjid-masjid

bahkan dibeberapa masjid, melalui sound system (TOA) biasanya terdengar seruan bagi warga setempat agar rumah-rumah disekitar masjid memasang Bendera merah-putih. Selain itu di Masjid dekat rumah saya, Tema Khutbah Ju’matannya adalah “Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan” *saya kurang tau apakah hampir ditiap-tiap masjid punya tema Khutbah Jum’at yang sama atau tidak ?*

Gapura HUT RI di Pintu Masuk Gampong

Kalo menurut Warga Aceh setempat, sebelum masa Perdamaian di Aceh, bagi Warga Aceh yang tidak memasang Bendera Merah-Putih di rumah-rumah atau di kendaraannya masing-masing, maka siap-siap saja berurusan dengan polisi, lantaran dicurigai sebagai orang GAM. Jadi bisa dibilang banyaknya bendera merah-putih yang terpasang adalah murni keikhlasan warga Aceh tanpa ada paksaan dari Polisi ataupun dari pihak manapun.

Selain pengibaran bendera, perlombaan-perlombaan seperti balap karung, panjat pinang, dan perlombaan-perlombaan lain, yang kalau menurut saya tidak ada hubungannya sama sekali dengan mengingat kisah perjuangan para pahlawan kita dulu, tetap banyak dilakukan diberbagai tempat di Aceh.

Di Aceh sendiri, Upacara bendera dipusatkan di Lapangan Blang Padang, disana upacara pengibaran bendera dipimpin langsung oleh Bpk. Irwandi Yusuf selaku Gubernur Aceh *mantan petinggi GAM*, tema yang diangkat dalam Upacara Bendera di Lapangan Blang Padang adalah “DENGAN SEMANGAT PROKLAMASI HUT KE-62 KEMERDEKAAN RI KITA MANTAPKAN TEKAD UNTUK BANGKIT MEMBANGUN ACEH DALAM WADAH NKRI”.

Kalau menurut saya nih.. secara keseluruhan peringatan kemerdekaan di Aceh kali ini, berlangsung Meriah dan juga Khidmat, dan kalau saya lihat wajah-wajah para warga Aceh yang saya temui dalam kegiatan perayaan HUT RI, dimana-mana rata-rata mereka memiliki wajah yang berseri-seri, wajah yang menggambarkan betapa mereka sangat mensyukuri dapat kembali merayakan HUT RI dalam bingkai Perdamaian.

Walaupun sempat ada kasus pencabutan dan pengrusakan Bendera Merah-Putih di Lhokseumawe, dan juga pengibaran 3 bendera GAM di Pidie, namun secara keseluruhan peringatan kemerdekaan berlangsung aman dan lancar. Karena kejadian itu disinyalir hanyalah sebuah proganda & provokasi yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin mengacaukan perdamaian di Aceh.

Supaya lebih obyektif, saya kutip beberapa pernyatan dari tokoh-tokoh penting di Aceh yang saya kutip dari Koran Serambi edisi 18-Agustus-2007, perihal pelaksanaan perayaan HUT RI di Nanggroe Aceh Darussalam.

“suasana di Aceh cukup bagus, bendera merah putih berkibar dimana-mana”
Irwandi Yusuf *Gubernur Aceh*

“Sampai Jum’at siang kemarin belum ada laporan yang masuk dari daerah tentang kejadian atau insiden yang dapat menggangu jalannya upacara peringatan HUT RI di Aceh”
Irjen Polisi Rismawan MM *Kapolda Aceh*

“Masyarakat semakin menyadari arti kemerdekaan bagi bangsa ini bila kita lihat massa yang mengikuti dan menyaksikan upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI. Ini adalah hal yang luar biasa”
Mayjen TNI Supiadin AS *Pangdam Iskandar Muda*

Nasionalisme Ureng Aceh
Tentunya jika kita ingin menilai nasionalisme Ureng Aceh tidak bisa hanya melihat dari berapa banyak yang mengadakan lomba Panjat Pinang, atau berapa banyak Warga yang memasang bendera, buat saya itu bukanlah point penilaian yang penting.

Karena kalau kita lihat sejarah, Nasionalisme Ureng Aceh sangatlah luar biasa !! terbukti dari banyaknya pahlawan kemederdekaan di Aceh, sebut saja Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, dan tentunya masih banyak lagi Cut-Cut atau pun Teuku-teuku lainnya yang dengan gagah berani mengusir penjajah. Selain itu, Warga Aceh pada masa awal-awal kemerdekaan juga turut menyumbangkan 2 Pesawat Pertama yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, bahkan Aceh pun juga sempat menjadi Ibukota Darurat ketika masa penjajahan dulu.
Dan yang lebih hebatnya lagi, Aceh yang sebelum berbagung dengan Indonesia sudah menjadi Kerajaan Sendiri yang ketika itu sedang dalam kondisi makmur, rela untuk bergabung dengan NKRI, dan bahkan akhirnya harus merelakan hasil buminya di ‘rampas’ oleh Pemerintah Pusat *Jakarta*.

Kalaupun akhirnya Aceh sempat bergejolak dan sempat ingin memisahkan diri dari NKRI, itu lebih karena ‘pengkhianatan’ dan ‘tidak tau terima kasih’nya pemerintah pusat terhadap Aceh, bahkan ketika itu, banyak Ureng Aceh yang dibantai dengan dalih ingin menumpas seperatisme !

Tapi yang sudah berlalu biarlah berlalu, mari kita jadikan sejarah ‘kelam’ itu sebagai bahan pelajaran untuk membangun kembali semangat Nasionalisme kita bersama, Sekarang Aceh sedang dalam proses REINTEGRASI, dan Saya yakin kedepannya jika memang pemerintah pusat bisa konsisten berlaku adil terhadap Aceh, maka bukan tidak mungkin Ureng Aceh akan memperlihatkan kembali lagi kepada Indonesia dan kepada dunia, betapa luar biasanya semangat Nasionalisme Ureng Aceh !!

Karena Saya percaya bahwa untuk membangun rasa nasionalisme haruslah dari 2 arah, yang pertama, pihak pemerintah haruslah bisa berlaku adil dalam mensejahterakan rakyatnya, karena pemerintah yang dzalim, otomatis akan berimplikasi pada “anjloknya” kebanggaan kita sebagai warga Negara Indonesia.

Yang kedua, kita sebagai warga Negara pun juga harus memberikan kontribusi yang terbaik dan maksimal untuk bangsa ini, seperti kata Bung J.F Kennedy “Ask Not, what your country can do for you ! Ask what can your for your country !”.

kalau kita berbicara tentang kontribusi apa yang bisa kita lakukan untuk negeri ini ? Saya sepakat dengan rumus 3M nya Aa Gym, yaitu memperbaiki bangsa ini dengan “Mulai dari diri sendiri” , “Mulai dari yang kecil”, dan “Mulai dari sekarang juga”.

Dan kalau boleh saya tambahin 1M lagi, jadi 4M, yaitu M yang ke-empat adalah “Memilih Cagub dan Cawagub yang terbaik dalam PILKADA ditiap daerah masing-masing, agar kita dapat memiliki pemimpin yang dapat membawa ke perubahan yang lebih baik ! *Ya Ampun Fatahhhhhh ! Pilkada lagi…Pilkada lagi..