Saturday, March 22, 2008

Teknologi Atap “Rumoh Aceh”

Masih ingat ketika masa-masa dulu kita duduk di bangku sekolah ? khususnya pada saat guru kita sedang mengajarkan tentang kebudayaan di suatu daerah di Indonesia, pada masa-masa itu biasanya sang guru akan memberikan informasi kepada kita seputar Tarian Tradisional, Makanan Khas, Pakaian Tradisional ataupun seputar Rumah Tradisional daerah tersebut.

Nahh.. ceritanya sekarang saya mencoba jadi ‘guru‘ model seperti itu yang akan menjelaskan sedikit tentang Rumah Tradisional Khas Aceh atau biasa disebut “Rumoh Aceh”. Tapi kali ini saya tidak akan membahas keseluruhan tentang “Rumoh Aceh”, maklum lah.. gurunya belom pintar-pintar amat soalnya ^^Jadi pelajaran kita kali ini baru seputar Atap “Rumoh Aceh”, kenapa atap ? karena kebetulan salah satu saudara saya di Gampong pernah memberi informasi kepada saya seputar Teknologi Atap yang diterapkan di Rumoh Aceh, dari situlah saya tertarik untuk menceritakan kembali disini :)

Teknologi yang dimaksud disini adalah teknologi yang sangat sederhana, yaitu teknologi “Perobohan Atap Ketika Terjadi Kebakaran” , maksudnya adalah ketika terjadi kebakaran, khususnya di bagian Atap Rumah. Si pemilik Rumah hanya perlu melakukan satu langkah singkat untuk merobohkan seluruh atap, sehingga kebakaran di Atap diharapkan tidak sempat melebar ke seluruh rumah karena atapnya sudah keburu dirobohkan sebelum api menjalar.

Satu langkah singkat dalam merobohkan Atap Rumah itu adalah dengan memotong Tali hitam yang menghubungkan seluruh elemen dari atap rumah.

Jadi ketika terjadi kebakaran dibagian atap, si pemilik rumah tinggal memotong beberapa tali hitam tersebut, dan setelah itu seluruh Atap pun akan roboh, karena memang tali hitam itu dibuat sebagai sentral dari penghubung rangka Atap dari “Rumoh Aceh”.

Dengan adanya teknologi sederhana ini diharapkan dampak yang diakibatkan dari kebakaran bisa di-minimalisir sekecil-kecilnya. Teknologi ini memang sangat sederhana, tapi tentunya untuk ukuran teknologi yang ditemukan beratus-ratus tahun yang lalu, boleh dibilang teknologi macam ini sudah cukup maju bukan ??

Saturday, March 8, 2008

Tugu Tsunami No. 39

Akhirnya bisa posting lagi :) Lagi ngga ada bahan untuk posting nih.. jadi posting yang simple-simple aja ya…

Selain Tsunami Line, salah satu cara (alat) untuk mengingatkan akan peristiwa Tsunami adalah dengan membuat Tugu-Tugu Tsunami di berbagai tempat.

Tugu-tugu seperti ini tingginya dibuat sesuai dengan tinggi-nya air pada saat Tsunami menerjang Aceh, jadi tugu-tugu seperti ini yang biasa dapat ditemui ditempat-tempat umum seperti sekolah, masjid, atau tempat-tempat lain memiliki tinggi yang berbeda-beda, sehingga antara satu tugu dengan yang lain ada yang pendek, ada juga tugu yang tinggi (tergantung tinggi air ketika Tsunami).

Dibagian bawah Tugu ada 2 batu ‘prasasti’ berwarna hitam dengan tulisan berwarna emas, kalau yang atas tulisannya seperti ini :

TUGU No.39
TSUNAMI, 26 DESEMBER 2004
TINGGI GENANGAN AIR
4.60 m (Les Biru)
JARAK DARI PANTAI
2.50 km
WAKTU TIBA GELOMBANG
SEKITAR 8.30 WIB
(30 MENIT SETELAH TERJADI
GEMPA, M=8.9 SR)

Kalau yang bawah tulisannya seperti ini :

TUGU INI DIBANGUN UNTUK MENGENANG MEREKA
YANG MENINGGAL DUNIA AKIBAT TSUNAMI DAN SEBAGAI
PERINGATAN BAGI MASYARAKAT KHUSUSNYA GENERASI
PENERUS AGAR SELALU WASPADA DAN SIAGA GUNA
MENGHADAPI BENCANA GEMPA/TSUNAMI YANG MUNGKIN
DATANG SETIAP WAKTU

(MASJID AL MUKARRAMAH GP. MULIA BANDA ACEH)

TUGUNYOE GEUSUMBANG LE RAKYAT JEUPANG

KERJASAMA DENGAN YAYASAN UMI ABASIAH BANDA ACEH

Saya sendiri kurang tau berapa total tugu yang dibangun, tapi yang pasti jumlahnya lebih dari 38 tugu :)