Showing posts with label Monumen Tsunami. Show all posts
Showing posts with label Monumen Tsunami. Show all posts

Saturday, March 8, 2008

Tugu Tsunami No. 39

Akhirnya bisa posting lagi :) Lagi ngga ada bahan untuk posting nih.. jadi posting yang simple-simple aja ya…

Selain Tsunami Line, salah satu cara (alat) untuk mengingatkan akan peristiwa Tsunami adalah dengan membuat Tugu-Tugu Tsunami di berbagai tempat.

Tugu-tugu seperti ini tingginya dibuat sesuai dengan tinggi-nya air pada saat Tsunami menerjang Aceh, jadi tugu-tugu seperti ini yang biasa dapat ditemui ditempat-tempat umum seperti sekolah, masjid, atau tempat-tempat lain memiliki tinggi yang berbeda-beda, sehingga antara satu tugu dengan yang lain ada yang pendek, ada juga tugu yang tinggi (tergantung tinggi air ketika Tsunami).

Dibagian bawah Tugu ada 2 batu ‘prasasti’ berwarna hitam dengan tulisan berwarna emas, kalau yang atas tulisannya seperti ini :

TUGU No.39
TSUNAMI, 26 DESEMBER 2004
TINGGI GENANGAN AIR
4.60 m (Les Biru)
JARAK DARI PANTAI
2.50 km
WAKTU TIBA GELOMBANG
SEKITAR 8.30 WIB
(30 MENIT SETELAH TERJADI
GEMPA, M=8.9 SR)

Kalau yang bawah tulisannya seperti ini :

TUGU INI DIBANGUN UNTUK MENGENANG MEREKA
YANG MENINGGAL DUNIA AKIBAT TSUNAMI DAN SEBAGAI
PERINGATAN BAGI MASYARAKAT KHUSUSNYA GENERASI
PENERUS AGAR SELALU WASPADA DAN SIAGA GUNA
MENGHADAPI BENCANA GEMPA/TSUNAMI YANG MUNGKIN
DATANG SETIAP WAKTU

(MASJID AL MUKARRAMAH GP. MULIA BANDA ACEH)

TUGUNYOE GEUSUMBANG LE RAKYAT JEUPANG

KERJASAMA DENGAN YAYASAN UMI ABASIAH BANDA ACEH

Saya sendiri kurang tau berapa total tugu yang dibangun, tapi yang pasti jumlahnya lebih dari 38 tugu :)

Friday, May 25, 2007

Tsunami Line

Banyak cara dilakukan warga Aceh untuk mengenang bencana Tsunami yang begitu hebatnya memporak-porandakan Aceh desember 2004 silam, dan salah satunya adalah dengan membuat garis batas tinggi air ketika terjadi tsunami yang ditulis di beberapa bangunan. Garis yang berwarna merah ini dikenal dengan sebutan “Tsunami Line” yang tentunya memiliki arti “Garis Tsunami”.

Saya menemukannya hampir dibeberapa tempat di Banda Aceh, dan setau saya biasanya bangunan-bangunan yang diberi “Tsunami Line” adalah gedung-gedung instansi pemerintah. Kebetulan ketika saya diantar oleh sepupu saya (Bang Iqbal) ke gedung Dinas Kesehatan yang sebagian gedungnya dipinjam oleh ADB ETESP tempat kakak saya bekerja, secara tidak sengaja saya mendapatkan “Tsunami Line” terpampang di Pos Satpam gedung ini, karena kebetulan Bang Iqbal sedang membawa Camera Digital, saya pun langsung meminjam dan memfotonya, orang-orang sekitar pun terheran-heran melihat saya sedang memfoto pos satpam, beberapa orang bertanya sama saya “ foto apaan bang ?? “, saya pun hanya bisa bilang “ oohh ini mau foto “Tsunami Line” buat blog saya…”

Sekedar info aja bahwa lokasi gedung ini terletak tidak jauh atau kurang lebih sekitar 500 meter dari Masjid Raya Baitturrahman, sehingga airnya pun sebenernya tidak terlalu tinggi-tinggi banget.



Tsunami line : garis berwarna merah diatas jendela dan dibawah atap.

Thursday, March 1, 2007

Jalur Evakuasi Tsunami

Sewaktu sedang jalan-jalan di Ulee-Lhee yang merupakan salah satu daerah yang paling parah terkena Tsunami, berhubung daerah ini benar-benar bersebelahan dengan laut. Secara tidak sengaja saya menemukan ‘Rambu’ Tsunami, dan karena kebetulan sepupu saya membawa kamera digital, saya pun meminjam sebentar untuk sekedar mengambil gambar rambu tersebut. Tebakan saya sih ini adalah bagian kecil dari proyek Tsunami Early Warning System yang dicanangkan oleh pemerintah.

Rambunya berisikan dua bahasa yang satu bahasa Indonesia bertuliskan “ Jalur Evakuasi Tsunami “, dan satunya lagi bahasa Aceh “ Rout Plung Ie Beuna “ namun ada sedikit kejanggalan dalam pemakaian bahasa Aceh di dalam versi bahasa Aceh nya, saya sudah bertanya ke beberapa saudara saya yang asli Aceh, dan katanya jika diartikan ke bahasa Indonesia kira-kira artinya “ Arah Lari Air Ada “ agak aneh memang, mungkin maksudnya itu “ Arah Kabur Kalo ada Air Tsunami “ tapi kalo menurut pendapat saudara saya sih berhubung kata ‘Tsunami’ itu tidak ada dalam bahasa Kamus Bahasa Aceh jadi seharusnya ngga perlu “Ie Beuna” (Air Ada) dipaksakan diartikan Tsunami. Tapi buat saya ngga pentinglah ! toh orang Aceh juga bisa bahasa Indonesia kok !! jadi versi bahasa Indonesia menurut saya juga sudah cukup.

Namun jujur saja, tanpa rambu ini pun saya rasa kalau terjadi Tsunami lagi, orang-orang di sekitar sini pasti sudah tau harus pergi kemana, karena arah Kanan yang tertulis di Rambu ini memang jelas-jelas berlawanan dengan arah Kiri yang memang tinggal beberapa meter lagi sudah laut ! Jadi perlu ngga sih sebenernya nih Rambu ??